Senin, 26 Maret 2012

PATIN


Peluang Bisnis Budidaya Ikan Patin

ilustrasi budidaya ikan patin 250x169 Peluang Bisnis Budidaya Ikan PatinBisnis budidaya ikan konsumsi memang sangat menjanjikan. Bukan hanya budidaya ikan gurameh, nila, bawal, dan lele saja yang saat ini dijadikan sebagai peluang bisnis. Budidaya ikan patin juga banyak dijalankan oleh masyarakat, karena prospek bisnisnya cukup besar.
Saat ini ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan dibidang perikanan. Ikan air tawar yang memiliki warna putih keabu-abuan ini, memiliki cita rasa yang khas dan mengandung protein cukup tinggi. Disamping itu kadar kolesterol yang ada dalam ikan patin sangatlah rendah, sehingga ikan ini banyak dipilih masyarakat untuk dikonsumsi karena aman bagi kesehatan.
Konsumen
Ikan patin disukai banyak orang, dagingnya yang lembut dan rasanya yang khas digemari masyarakat luas. Biasanya ikan patin untuk dikonsumsi segar maupun diproduksi menjadi ikan filet.
Info bisnis
Budidaya ikan patin banyak dipilih para pelaku bisnis, karena masa pemeliharaannya lebih cepat dibandingkan dengan budidaya ikanlainnya. Sehingga biaya produksinya juga tidak terlalu tinggi.
Kebutuhan pakan yang dibutuhkan untuk budidaya patin juga terbilang cukup mudah. Untuk burayak patin bisa diberi pakan artemia, sedangkan untuk ikan yang lebih besar bisa diberi pakan cacing sutera.
Sementara untuk meningkatkan gizi indukan ikan patin, bisa ditambahkan pakan berupa daging keong yang dicampur dengan vitamin E dan minyak jagung. Keong juga sering digunakan sebagai pakan alternatif, terutama di bulan paceklik pakan. Namun disamping untuk mengurangi biaya produksi, campuran tersebut juga berfungsi merangsang induk untuk bertelur.
Proses budidaya ikan patin juga dapat dilakukan dengan reproduksi buatan, yaitu dengan mencampur telur dari patin betina dan sperma indukan jantan. Untuk lebih jelasnya, berikut kami berikan informasi mengenai proses reproduksi buatan budidaya ikan patin :
1. Sebelum memijahkan patin, sebaiknya Anda mengetahui masa subur ikan. Tanda – tanda betina yg subur perutnya membesar bila diraba empuk dan lembut, anusnya juga berwarna merah, dan jika ditekan akan mengeluarkan butiran telur berwarna putih. Sedangkan untuk pejantan siap kawin yaitu jika berat badannya mencapai 1,5 – 2 kg, alat kelaminnya bengkak berwarna merah tua, dan jika diurut maka keluar sperma berwarna putih.
2. Langkah selanjutnya diawali dengan mengeluarkan telur dan sperma ikan dengan cara mengurut perut ikan
3. Kemudian telur dan sperma pejantan dicampur, dan diaduk hingga merata
4. Campuran telur dan sperma itu kemudian disebar dalam akuarium inkubasi, yang dilengkapi dengan heater suhu air yang dijaga stabil pada kisaran 27,5 sampai 28 ° C
5. Setelah 15 hari kemudian, telur akan menetas. Biasanya persentase yang menetas antara 90% hingga 100%. Pada usia 1 – 2 minggu terjadi periode kanibalisme, dan persentase bibit yang bertahan hidup berkisar antara 70% sampai 75%.
Kelebihan bisnis
Perawatan budidaya ikan patin terbilang lebih mudah dibandingkan budidaya lele, bahkan pakan ikan patin dapat memanfaatkan limbah rumah tangga yang tidak mengandung minyak. Disamping itu kemampuan ikan patin untuk berproduksi juga cukup tinggi, seekor induk yang subur dapat bertelur 200.000 butir telur setiap 6 bulan sekali.
Ikan patin local juga memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan ikan patin import dari Vietnam. Biasanya ikan patin local kandungan airnya lebih rendah yaitu sekitar 10%, sedangkan patin Vietnam mengandung air hingga 40%. Sehingga bila diolah, bobot ikan patin Vietnam mengalami penyusutan yang cukup drastis.
Kekurangan bisnis
ikan patin 250x187 Peluang Bisnis Budidaya Ikan PatinDalam menjalankan bisnis budidaya ikan patin, yang sering menjadi kendala adalah munculnya jamur dan bakteri yang menyebabkan turunnya kualitas ikan. Biasanya untuk mencegahnya para petani patin menjaga sanitasi air, dan mengurangi pemberian pakan yang terlalu banyak.
Selain itu suhu yang terlalu dingin juga berpengaruh buruk bagi perkembangan telur patin, oleh karena itu para petani memasang heater atau menyimpan akuarium inkubasi di dalam ruangan agar terhindar dari suhu ekstrim. Sedangkan bagi ikan patin yang sudah cukup besar, kendalanya adalah persediaan pakan cacing sutera yang masih kurang. Pasokan cacing sutera tidak rutin karena belum bisa dikembangbiakan, sehingga tergantung hasil penangkapan dari alam. Untuk mengatasinya, petani ikan patin mengganti pakan dengan limbah peternakan berupa usus ayam.
Pemasaran
Strategi pemasaran yang bisa dilakukan para pembudidaya ikan patin, yaitu dengan membedakan target pasar. Pemasaran ini dilakukan dengan menjual ikan patin berdasarkan umurnya. Misalnya untuk keperluan pemasok benih, ikan patin bisa dijual ketika berusia 20 hingga 50 hari. Untuk kebutuhan konsumsi, ikan patin dijual saat berusia 7 bulan. Sedangkan untuk permintaan indukan, ikan patin biasa dijual setelah berusia 2 tahun. Dengan membedakan target pasar masing – masing, menjadikan strategi pemasaran ini cukup efektif, karena dapat menjangkau  tiga jenis konsumen sekaligus.
Promosi selanjutnya dapat dilakukan dengan pemasaran melalui mulut ke mulut, dengan promosi tersebut informasi mengenai keberadaan usaha Anda dapat tersebar luas. Menjalin kerjasama dengan pedagang ikan segar di pasar, serta pelaku bisnis makanan seafood juga bisa dilakukan untuk membantu pemasaran ikan patin usia konsumsi.
Kunci sukses
Bagi para pemula sebaiknya memilih usaha penjualan ikan patin untuk kebutuhan benih. Sebab, resiko kegagalan lebih kecil, dan biaya produksi bisa lebih ditekan. Selain itu perputaran labanya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan budidaya ikan patin konsumsi maupun indukan.
Faktor Penting dalam Pembesaran Ikan Patin
pembesaran ikan patin 250x157 Faktor Penting dalam Pembesaran Ikan Patin Dalam menjalankan bisnis budidaya ikan patin, terdapat tiga tahapan yang harus dilewati selama prosesbudidaya ikan berlangsung. Proses tersebut antara lain tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran ikan. Yang dimaksud dengan tahap pembenihan meliputi pemeliharaan induk agar menghasilkan telur dan menjadi bibit ikan. Sedangkan tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan ikan patin pada ukuran tertentu, atau bisa juga dikatakan sebagai masa  transisi dari tahap pembibitan ikan ke pembesaran ikan. Dan yang ketiga yaitu masa pembesaran ikan patin, dimana pada tahapan ini merupakan  tahapan dari ikan hasil pendederan sampai menjadi ikan patin yang cukup besar dan siap untuk  dikonsumsi.
Walaupun budidaya ikan patin memiliki tiga tahapan perawatan, namun tidak semua petani ikan patin fokus pada ketiga tahapan tersebut. Kebanyakan dari mereka hanya fokus pada salah satu tahapan saja, misalnya memilih bisnis pembibitan ikan patin, bisnis pendederan patin, atau hanya fokus pada bisnis pembesaran ikan patin saja. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mereka dalam memberikan perawatan pada ikan, karena setiap tahapan yang ada membutuhkan perawatan yang berbeda.
Jika artikel sebelumnya telah membahas peluang bisnis budidaya ikan patin yang fokus pada pembibitan saja. Pada kesempatan ini kami akan memberikan informasi mengenai tahapan pembesaran ikan patin, terutama mengenai faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan patin, yaitu sebagai berikut :
  • Lokasi budidaya pembesaran ikan patin
Dalam pemilihan lokasi yang akan digunakan untuk budidaya pembesaran ikan patin, harus memperhatikan beberapa aspek yang meliputi sumber air, kualitas air, kuantitas air, dan kualitas tanah. Sumber air yang dapat dimanfaatkan yaitu sungai, air tanah yang berasal dari sumur, atau saluran irigasi buatan.
Selanjutnya perhatikan pula kualitas air, sebaiknya jaga kebersihan air jangan terlalu keruh, tidak tercemar bahan – bahan kimia yang beracun seperti minyak atau limbah pabrik, serta terjaga temperatur suhunya. Bila perlu tambahkan larutan yang befungsi mencegah timbulnya jamur, yaitu emolin atau blitzich dengan dosis 0, 05 cc/liter. Kuantitas air pada pembesaran ikan patin juga harus diperhatikan, karena debit air yang dibutuhkan pada saat pembenihan, pendederan dan pembesaran masing – masing memiliki ukuran yang berbeda.
Sedangkan untuk kualitas tanah yang cocok untuk pembesaran ikan patin antara lain tanah liat atau lempung, tanah terapan, tanah berfraksi, tanah berpasir dan tidak berporos. Hal ini agar tidak terjadi kebocoran air, karena jenis tanah ini dapat menahan massa air.
  • Bangunan untuk keramba maupun fence
kolam pembesaran ikan patin 250x155 Faktor Penting dalam Pembesaran Ikan Patin Keramba adalah kolam ikan yang rangkanya terbuat dari kayu dan bambu, keramba berbentuk kotak dengan ukuran  4m x 2m x 1,5 m dan pada tutupnya dibuat lubang untuk pemberian makan dan pengontrolan ikan. Serta pada bagian dalam keramba ditambahkan jaring dengan ukuran mata jaring lebih kecil dari ukuran benih ikan, ini berfungsi sebagai penampung ikan agar tidak lepas. Penempatan keramba yaitu 2/3 di dalam air dan sisanya diatas permukaan air, oleh karena itu pemilik keramba biasanya sering meletakan keramba di pinggir sungai yang alirannya tidak deras.
Sedangkan untuk sistem fence yaitu budidaya ikan yang sekelilingnya dibatasi dengan pagar. Biasanya ukuran fence adalah 5m x 12 m x 5 m untk setiap unitnya. Selain itu unutuk menjalankan sistem ini dibutuhkan pondok untuk menjaga kolam fence, serta perahu dan jembatan penghubung antar fence untuk mempermudah proses pengontrolan ikan.
  • Penyediaan benih
Pembibitan bisa dimulai dengan mengawinkan indukan yang berkualitas, atau bisa juga dengan membeli benih ikan patin dari para penjual benih. Selain itu untuk produksi benih, dapat dilakukan dengan proses reproduksi buatan dengan mencampurkan telur induk betina dengan sperma ikan jantan. Yang perlu diperhatikan dalam memelihara benih ikan yang berumur 1 hari, sebaiknya dipelihara dalam akuarium yang berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi, dengan penebaran bibit 500 ikan per akuarium. Tambahkan pula heater dan aerator pada akuarium, untuk menjaga kuantitas oksigen dan kestabilan suhu.
  • Pemberian pakan ikan patin
Pemberian pakan pada proses pembesaran ikan patin, bisa dilakukan dengan memberikan tambahan makanan berupa pelet setiap harinya, dan mengalami peningkatan setiap bulannya karena disesuaikan dengan berat badan ikan. Kadar ideal pemberian pakan ikan patin yaitu 3 – 5% dari berat  ikan.
  • Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada budidaya ikan patin dengan keramba ataupun fence, biasanya hama yang menyerang adalah lingsang, kura – kura, biawak, ular air atau ikan liar yang memangsa patin. Sedangkan untuk pennyakit yang sering muncul yaitu parasit, jamur dan virus yang dapat mengganggu kesehatan ikan patin. Untuk mengendalikan hama sebaiknya jaga kebersihan lokasi budidaya dari semak belukar, karena itu akan menjadi sarang hama. Selain itu Anda juga bisa menutupi keramba dengan kantong jaring dibagian luar keramba atau penutup keramba, sehingga hama tidak dapat masuk. Sedangkan untuk menghindari munculnya penyakit, jaga kualitas air dan jangan memberikan pakan yang berlebihan, karena akan memperkeruh air dan menimbulkan munculnya penyakit pada kulit ikan.
  • Masa Panen
Masa panen ikan patin setelah berat satu ikan rata – rata 1 kg, membutuhkan waktu  antara 6 sampai 12 bulan. Ikan yang dipelihara di keramba umumnya lebih cepat dipanen yaitu sekitar 6 – 8 bulan. Sedangkan untuk ikan yang dibesarkan pada fence baru bisa dipanen setelah 8 sampai 12 bulan.
Dalam proses pemanenan ikan hindari penggunaan jala, karena hanya akan menimbulkan luka pada ikan. Alternatif alat yang dapat digunakan yaitu serok atau menangkap ikan dimulai dari bagian hilir ke hulu. Usahakan agar ikan tidak terluka, agar kualitasnya tidak turun dan harga jualnya tinggi. Selanjutnya ikan dimasukan kedalam wadah yang telah diisi air, ini untuk menjaga ikan tetap hidup dan tidak stres.
Sekain informasi mengenai faktor penting dalam pembesaran ikan patin, semoga informasi ini dapat membantu Anda yang ingin mencoba peluang bisnis budidaya ikan patin. Salam sukses.
sumber data ; budidaya.com

INFO SELEKSI BIBIT LELE (GRADING)



Seperti halnya pemeliharaan bibit ikan gurame, pada usaha pembibitan lele pun diperlukan adanya tahapan seleksi bibit pada setiap interval waktu tertentu. Di kalangan para pembudidaya ikan, aktifitas ini dikenal dengan istilah 'grading'. Prakteknya adalah dengan memisahkan bibit ikan menjadi beberapa golongan berdasarkan ukurannya. Pada dasarnya seleksi bibit memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat keseragaman ukuran (sesuai umur ikan) sekaligus untuk mendapatkan bibit yang berkualitas sehattidak cacat dan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Alasanrasional lainnya adalah bahwa lele tergolong ikan yang bersifat...
kanibal sehingga jika tidak segera diseleksi dan dipisahkan ruang pemeliharaannya maka lele yang tumbuh lebih cepat (lebih besar) cenderung akan memangsa lele-lele lainnya yang berukuran lebih kecil.

Seleksi bibit lele dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya para pembudidaya memilih cara manual yang cukup praktis menggunakan peralatan sederhana yakni berupa susunan saringan benih lele yang terbuat dari ember plastik berlubang-lubang (perforated). Ember jenis ini biasanya banyak tersedia di pasar-pasar ikan tradisional ataupun di beberapa poultry yang menyediakan peralatan dan perlengkapan budidaya perikanan. Diameter lubang-lubang penyaring pada setiap ember biasanya telah dibuat seragam, sesuai dengan ukuran standar benih lele. Dalam prakteknya terkadang diperlukan 2 sampai 3 susunan ember yang berbeda dalam satu kali proses penyaringan terutama jika ukuran bibit lele yang dikehendaki ternyata cukup bervariasi.

Saat dilakukan proses seleksi bibit, ember-ember penyaring ini disusun berdasarkan ukuran diameter lubang-lubang penyaringnya. Ember dengan ukuran diameter lubang-lubang penyaring terbesar berada pada urutan teratas dan ember dengan ukuran lubang-lubang penyaring yang lebih kecil berada pada urutan berikutnya. Demikian seterusnya hingga ember dengan diameter lubang penyaring paling kecil yang sesuai dengan kebutuhan dan variasi ukuran bibit yang dikehendaki.

Variasi ukuran bibit lele 2/3 hingga 4/6

Proses seleksi bibit lele melalui penyaringan

Bibit yang berukuran lebih besar atau kecil dipisahkan
Awal seleksi bibit lele biasanya dimulai pada rentang waktu 12 hingga 17 hari setelah fase penetasan telur. Telur-telur yang gagal menetas dan benih yang mati hendaknya dipisahkan sesegera mungkin dari lingkungan bak tetas agar tidak menjadi sumber penyakit bagi benih-benih lainnya. Setelah 4 - 6 harikemudian atau setelah kantung kuning telur(yolksack) pada setiap larva lele habis terserap maka benih akan terlihat lincah bergerak mencari makanan alami yang ada di sekitarnya. Selama 12-17 hari berikutnya benih lele ini telah dapat diberi makanan alami berupacacing sutera (tubifex) dan pakan buatan (pellet) yang berbentuk serbuk (halus) yang diberikan secara berangsur-angsur hingga benih lele mencapai ukuran standar2/2 dan 2/3. Pada saat inilah pertama kalinya seleksi (grading) bibit lele mulai dilakukan. Dalam proses seleksi, bibit lele yang berukuran lebih kecil (kerdil atau 'krucilan') disisihkan dan dipelihara di tempat terpisah, demikian pula halnya dengan bibit yang berukuran lebih besar ('bongsor' atau'longgoran'), bibit yang terserang penyakit atau bahkan bibit yang cacat.

Jika dikehendaki, bibit lele hasil seleksi pertama ini sebenarnya telah dapat dijual namun jika tidak maka bibit lele dapat dipelihara lagi selama lebih kurang 21 hari untuk kemudian dilakukan seleksi (grading)kembali. Seleksi bibit lele pada tahap kedua ini akan menghasilkan dua ukuran standar yakni 3/5 dan 4/6. Sama halnya dengan proses seleksi pertama, masing-masing ukuran standar 3/5 dan 4/6 ini dipisahkan demikian pula dengan bibit yang berukuran 'krucilan'maupun 'longgoran'. Bagi pembudidaya ikan di Kulon Progo yang menekuni segmen pembibitan, seleksi bibit (grading) pada ukuran 3/5 atau 4/6 ini merupakan saat panen karena ukuran bibit inilah yang paling banyak diminati oleh pembudidaya padasegmen pembesaran atau yang menekuni pemeliharaan lele hingga mencapaiukuran konsumsi (8-12 ekor/ kilogram). Namun ada pula beberapa pembudidaya segmen pembibitan yang memilih memelihara kembali bibit lele berukuran 3/5 atau 4/6 tersebut hingga mencapai ukuran 5/7 dan 7/9selama lebih kurang 15 dan 21 hari masa pemeliharaan. Umumnya hal ini dilakukan untuk memenuhi pesanan bibit dari para pembudidaya lele di luar daerah Yogyakarta terutama yang berada di luar pulau Jawa.

Pada budidaya ikan lele di segmen pembesarankhususnya  media kolam terpal, proses seleksi(grading) ini tidak perlu lagi dilakukan karena pertumbuhan lele umumnya telah mencapai tingkat keseragaman yang dapat dikatakan relatif merata.


Dengan menerapkan pola budidaya secara intensifpada media kolam terpal berukuran standar 4m x 6m dan 4m x 8m dengan jumlah tebaran bibit berkualitas ukuran standar 4/6 dan 5/7 sebanyak 3000 dan 4000 ekor per kolam maka lele ukuran konsumsi akan dapat dipanen setelah  60 hingga 70 hari masa pemeliharaan.

Lele ukuran konsumsi siap dipanen

Sebagian hasil panen lele ukuran konsumsi





Penanggulangan Penyakit Lele

Ditulis tanggal 29 Oct 2011
Bermacam penyakit lele sering kali membuat pusing para pengusaha budidaya lele, baik yang berkecimpung di segmen pembenihan maupun pada segmen pembesaran, bahkan tidak jarang penyakit yang menyerang lele berujung pada kematian sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha ternak lele, penyakit lele bisa diakibatkan dari bermacam faktor, baik karena faktor alam maupun dari kesalahan tata cara pembudidayaan.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam hal penggulangan penyakit lele, diantaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam atau disekitar lingkungan kita, selain lebih murah dan mudah didapat, pengobatan penyakit lele dengan bahan-bahan alami relatif lebih aman, baik untuk lele maupun untuk lingkungan sekitar.
Contoh penanggulangan penyakit lele dengan bahan alami yang sudah dilakukan oleh beberapa pembudidaya ikan lele :
1.    Radang usus, penyakit lele ini biasanya menunjukkan gejala lele akan terlihat berdiri tegak dan bagian kumisnya menyembul di permukaan air, beberapa pembudidaya menyebutnya seperti tiang listrik, jika ikan lele rekan-rekan pembudidaya mengalami penyakit lele seperti ini, penanggulangannya bisa dengan cara menggunakan buah mengkudu yang sudah masak/mateng, caranya mudah, ambil buah mengkudu yang sudah masak lalu masukkan pada kolam lele yang sakit, untuk ukurannya disesuaikan saja dengan besaran kolam, misalnya untuk kolam ukuran 2×4 cukup dengan 1 atau 2 buah mengkudu.
2.    Radang Insang, penyakit lele seperti ini biasanya menunjukkan ciri insang lele yang memerah. Penanggulangan penyakit lele seperti ini bisa dengan cara menggunakkan daun sirih dan daun pepaya. Caranya, ambil 10 lembar daun sirih dan 10 lembar daun pepaya segar, lalu rebus dengan 1 liter air (1gayung) biarkan mendidih sampai  air sat/susut menjadi tinggal 1 gelas. Setelah itu larutkan hasil rebusan air yang 1 gelas tadi dengan 10 gelas air bersih, hasil campuran inilah yang bisa digunakan, tebarkan larutan ini secukupnya pada permukaan air kolam yang terkena penyakit, dosis harus disesuaikan dengan luas kolam.
3.    Asam lambung, lele yang terkena penyakit ini biasanya akan terlihat kembung karena berisi gas/angin dan cairan, untuk penyakit ini penanggulangannya bisa dengan cara seperti penanggulangan pada penyakit radang insang.
4.      Penyakit  jamur/radang kulit, biasanya pada kulit lele akan terlihat bercak-bercak putih, atau jika yang sudah parah kulitnya seperti terkelupas, untuk penyakit lele  jenis ini, penanggulangannya bisa dengan ramuan seperti pada penanggulangan pada penyakit radang insang (no.2) hanya saja agar khasiat ramuan lebih efektif, sebaiknya ikan lele yang sakit direndam dalam baskom yang telah diisi dengan ramuan tersebut. jika jumlah ikan lele yang  sakit banyak, penanggulangan penyakit lele bisa dengan cara seperti di bawah ini :
a. Kuras air kolam 50%
b. Siapkan baskom/wadah yang bisa menampung jumlah ikan yang akan diobati, isi dengan ramuan daun pepaya dan daun sirih (yang telah dicampur dengan air bersih 10:1)
c. Masukan ikan lele  kedalam baskom/wadah, waktunya disesuaikan saja, jangan terlalu lama, jika ikan lele terlihat sudah megap-megap, berarti sudah cukup.
d. Kembalikan ikan lele ke dalam kolam, tambahkan air kolam seperti volume awal, sebaiknya gunakan air yang berkualitas baik (Sudah dikompos atau air yang sudah melalui proses persiapan untuk air kolam).
e. Untuk membantu proses penyembuhan, boleh menebar cairan ramuan tersebut ke dalam kolam (cara no.2), ditambah dengan memasukan buah mengkudu yang sudah masak/mateng (cara no.1)
Ini hanyalah beberapa contoh cara penanggulangan penyakit lele dengan menggunakan bahan-bahan alami yang telah dilakukan oleh beberapa pembudidaya, jika para pembaca memiliki pendapat atau resep obat yang lain, silahkan dicoba dan jangan lupa sharing informasinya ke ternaklele.com semoga saja dapat menambah wawasan dan berguna untuk para petani dan pembudidaya lele.
Terima Kasih Banyak Untuk Kang Koko di Bogor atas Sharing informasinya  mengenai konten artikel ini.

sumber data : nila com , budidaya.com

Sabtu, 17 Maret 2012

INFO BUDI DAYA LELE


Cara Sukses Bisnis Budidaya Lele

lele dumbo 250x187 Cara Sukses Bisnis Budidaya LeleJenis ikan lele memang memiliki banyak penggemar, karena jenis ikan tersebut memiliki daging yang gurih, serta tidak memiliki banyak duri. Selain itu lele juga memiliki harga yang murah, sehingga ikan lele dapat dinikmati oleh semua kalangan. Besarnya minat pasar akan lele sering dijadikan sebagai salah satu peluang bisnis yang menggiurkan. Dari mulai bisnis kuliner lele yang beraneka macam hingga bisnis budidaya lele yang menguntungkan, mampu memberikan untung yang cukup besar.Ikan lele termasuk salah satu ikan yang budidayanya cukup mudah dan pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga banyak para pelaku bisnis yang memilih lele untuk dibudidayakan.
Langkah sukses budidaya lele
Dalam proses budidaya lele, langkah – langkah yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Proses Pemijahan
Proses pemijahan untuk mengawinkan lele jantan dan lele betina tidaklah sulit. Pemijahan yaitu proses mempertemukan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Proses ini biasanya dilakukan pada kolam – kolam khusus pemijahan, dengan mencampurkan lele jantan dan lele betina yang sudah memenuhi syarat tertentu.
Syarat indukan jantan :
  • Kepala induk jantan lebih kecil dari betinanya, serta tulang kepalanya gepeng
  • Warna kulit dada induk jantan lebih tua dibandingkan yang betina, serta kulitnya lebih halus daripada betina
  • Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang dibelakang anus dengan warna kemerahan
  • Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal dibanding induk betina
  • Gerakan lele jantan lebih lincah dibandingkan yang betina
Syarat indukan betina :
  • Kepalanya lebih besar dibandingkan induk betina
  • Warna klit dada lele betina lebih terang dibandingkan yang jantan
  • Kelamin induk betina berbentuk oval dan berwarna kemerahan, lubangnya lebar dan letaknya di belakang anus. Biasanya sel telur yang telah matang berwarna kuning
  • Untuk induk betina biasanya geraknya tidak selincah induk jantan
  • Perutnya lebih gembung dari induk jantan
Lele 250x187 Cara Sukses Bisnis Budidaya LeleSelama proses pemijahan indukan lele diberi makanan yang memiliki kadar protein cukup tinggi. Setelah diberikan protein yang cukup tinggi, induk betina  siap untuk dibuahi. Sel telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi anakan lele setelah 24 jam. Setelah berumur satu minggu pisahkan hasil anakan dengan induk betina, sedangkan untuk pemindahan anakan setelah anakan berumur dua minggu.
Cara Pemindahan anakan lele :
- Mengurangi air di sarang pemijahan hingga tinggi air berkisar antara 10 cm sampai 20 cm
- Menyiapkan tempat penampungan ( baskom atau ember ) yang telah diisi air dari kolam pemijahan
- Samakan suhu kolam anakan dengan suhu kolam pemijahan
- Pindahkan anakan dari kolam pemijahan menggunakan cawan atau piring
- Kemudian pindahkan anakan ke kolam pendederan dengan hati – hati pada maalm hari, karena masih rentang terhadap tingginya suhu air
2. Pembudidayaan
Proses pembudidayaan adalah proses pembesaran bibit lele hingga berukuran siap jual berkisar antara 5 cm hingga 12 cm. Setelah anakan dipisahkan ke dalam kolam pendederan, usahakan kolam diberikan pelindung dari tingginya suhu. Biasanya dapat menggunakan penutup plastic atau menggunakan tanaman enceng gondok sebagai tanaman pelindung.
Selain pengaturan suhu kolam, dalam proses pendederan anakanikan lele sudah boleh diberikan makan. Bisa berupa pakan alami seperti jentik jentik, kutu air, cacing kecil atau plankton yang dapat diberikan saat anakan lele berumur kurang dari 3- 4 hari. Setelah berumur 3 – 4 hari, anakan lele diperbolehkan diberikan makanan buatan dengan kadar protein serta nutrisi yang cukup tinggi. Dengan menambahkan POC NASA yang mengandung mineral penting serta protein dengan dosis  1 – 2 cc / kg pakan yang telah dicampuri sedikit air.
Untuk hasil maksimal, seekor lele dapat dipanen setelah umur 6 hingga 8 bulan. Namun kurang dari waktu tersebut, lele telah dapat dipanen jika beretnya telah mencapai 200 gram per ekor. Cara sukses dengan bisnis budidaya lele, dapat dijadikan sebagai salah contoh satu peluang usaha yang menjanjikan. Salam sukses.


Herbal Lele

Ditulis tanggal 13 Dec 2011
Manfaat dan kegunaan herbal lele telah banyak dirasakan oleh para pembudidaya lele, khususnya bagi rekan-rekan pembudidaya lele yang baru menjalankan usaha ternak lele. Herbal lele sendiri sebenarnya memiliki banyak jenis dan sebutan, sekarang ini telah banyak pihak yang memproduksi herbal lele, baik secara individu, lembaga atau perusahaan. Masing-masing produk herbal lele biasanya memiliki ciri dan kelebihan, namun pada dasarnya semua produk itu memiliki kesamaan yaitu berbahan dasar alami, atau dengan kata lain komposisi yang digunakan dalam proses pembuatan ramuan herbal lele tersebut adalah seratus persen terbebas dari campuran bahan kimia sehingga relatif lebih aman untuk digunakan.
Ditinjau dari segi fungsi atau kegunaan herbal lele dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Herbal Lele Yang Diaplikasikan Pada Air Kolam
Herbal lele jenis ini biasanya digunakan para pembudidaya sebagai proses awal persiapan air kolam, dengan tujaan agar terciptanya kondisi air yang lebih baik sehingga dapat menjadi media yang optimal untuk tumbuh kembang ikan lele yang dibudidayakan, seperti yang telah banyak diketahui oleh para pembudidaya lele, awal permasalahan terjangkitnya penyakit pada ikan lele, sebagian besar faktor penyebabnya adalah karena persiapan air yang kurang baik oleh sebagian para peternak lele, sehingga mencegah dengan cara mempersiapkan kondisi air yang memenuhi syarat, sangat jauh lebih baik dari pada harus mengobati ikan lele yang sudah terlanjur sakit.
Aplikasi herbal lele pada air kolam bisa juga digunakan untuk mengobati ikan lele yang sakit, herbal yang dilarutkan pada air kolam diharapkan mampu menekan atau membunuh bakteri dan penyakit merugikan yang terdapat di dalam air kolam atau yang telah menyerang ikan lele .
b.    Herbal Lele Yang Dicampurkan Pada Pakan
Sesuai dengan jenisnya, herbal lele jenis ini biasa digunakan dengan cara mencampurkan dengan pakan lele yang akan diberikan, kandungan herbal lele jenis ini juga secara keseluruhan berasal dari tumbuh-tumbuhan yang biasanya sering digunakan sebagai obat untuk manusia, karena pada prinsipnya tumbuhan herbal apa saja yang berguna dan bermanfaat untuk mengobati manusia biasanya bisa juga digunakan untuk mengobati hewan, yang terpenting penggunaanya harus tepat dan sesuai aturan.
Seperti keterangan di atas, ragam dan jenis herbal lele yang telah diproduksi banyak sekali, tujuannya juga bermacam-macam, ada yang bertujuan komersil ataupun  non komersil, namun yang terpenting bagi para pembudidaya lele adalah solusi atau cara penanggulangan penyakit lele , pada kesempatan kali ini kami akan coba memaparkan tata cara pembuatan salah satu herbal lele yang bisa diaplikasikan pada air kolam, adapun bahan-bahan dan komposisi yang digunakan adalah sebagai berikut :
~ Air Bersih                 : Lima (5) Liter
~ Daun Pepaya           : Sepuluh (10) Lembar, disarankan daun pepaya jantan/gandul
~ Daun Sirih                : Sepuluh (10) Lembar
~ Daun Ketapang        : Sepuluh (10) Lembar
~ Daun Jawer Kotok   : Sepuluh (10) Lembar
~ Arang kayu              : Dua (2) Kilo gram
~ Kotoran Kambing    : Tiga (3) Kilo gram, disarankan kotoran kambing basah atau becek
karena bercampur dengan air kencing (Jangan yang bulat-bulat).
Cara pembuatan herbal lele ini cukup mudah, rendam saja bahan-bahan tersebut di atas menjadi satu pada wadah kkhusus yang telah disiapkan, misalnya ember atau drigen, lalu biarkan atau diendapkan selama dua minggu. Setelah dua minggu cairan herbal lele ini baru bisa digunakan, cara penggunaanya adalah :
Campurkan 4 (empat) tutup botol aqua (+ 20cc) cairan herbal lele dengan 5 (lima) liter air, tambahkan dengan 2 (dua) sendok garam dapur, setelah dilarutkan, komposisi cairan herbal lele tersebut bisa segera diaplikasikan pada kolam lele berukuran 10m2, dengan cara menebarkan larutan herbal lele secara merata pada permukaan air kolam. Jika anda memiliki kolam dengan ukuran lebih besar, tinggal disesuaikan saja dosis penggunaannya, pemberian herbal lele ini biasanya diberikan pada awal persiapan air kolam pada segmen pembesaran atau untuk kolam indukan, waktu pemberiannya bersamaan dengan proses pengomposan.
ini hanyalah salah satu dari sekian banyak resep herbal lele, jika diantara pembaca memiliki resep lain atau pendapat yang lebih baik seputar obat atau herbal lele, sangat dinantikan kontribusi dan partisipasinya sehingga dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca, khususnya para pengusaha ternak lele atau para pembudidaya lele yang masih baru, salam sukses…

SUMBER :
IKANNILA.COM
CARABUDIDAYA.COM